Wednesday, June 01, 2011

Ditipu kemiskinan dan ditipu kerakusan


Kalau anda berhadapan dengan kemiskinan, kemelaratan dan penderitaan serta pada saat yang sama anda juga berhadapan dengan pencari untung, kerakusan dan kapitalisme dan keduanya penipu, anda memilih ditipu oleh yang mana?

Di Jakarta, anda bisa bertemu orang miskin melebih-lebihkan penderitaanya, bersandiwara dan bahkan menipu untuk mendapatkan apa yang mereka mau.

Tetapi di Jakarta juga anda akan bertemu dengan orang kaya, perusahaan atau organisasi kaya yang melebih-lebihkan harga dari pelayanan jasa dan produknya untuk mendapatkan keuntungan besar.

Kemiskinnan dan kerakusan bisa punya trik yang mirip untuk mendapatkan apa yang mereka mau.

Hanya saja, kemiskinan melakukanya karena lapar dan menderita sedangkan kapitalisme melakukannya karena rakus dan keinginan mencari untung.


Saya akan sangat menyesal dan mungkin menangis sejadi-jadinya jika saya mengeraskan hati saya terhadap seorang ibu yang duduk bersama anaknya di pinggir jalan menandahkan tangan dan ternyata apa yang dia minta dengan memelas itu bahkan tidak cukup untuk makan dua kali. Belum lagi dia harus menyetor apa yang didapatnya kepada preman yang menguasai wilayah itu

Dan saya akan sangat marah dan mungkin memaki jika apa yang saya beli kelihatan begitu mahal di tubuh saya tetapi ternyata harganya jauh di atas kepatutan. Bahkan mungkin lebih dari sepatuh gaji pelayan yang melayani saya saat membeli

Oh Tuhan betapa kerasnya hati manusia sehingga orang harus menipu untuk mendapatkan sesuap nasi.

Ampunilah kami ya Tuhan, jikalau hidup membuat kami bagaikan majikan-majikan untuk Lazarus yang menantikan remah-remah dari meja tuannya.

Memang tidak semua orang senang jika ditipu, tetapi ditipu orang miskin kita tidak akan menjadi miskin, namun ditipu kapitalisme kita bisa menjadi semiskin-miskinnya.

Kita tak perlu menjadi kaya untuk menolong yang miskin dan menderita; bahkan kita mungkin punya penderitaan dan kemiskinan sendiri.

Kita tak perlu menjadi kaya untuk menolong yang miskin; karena yang dibutuhkan untuk kemiskinan bukan hanya harta melainkan perhatian. Orang miskin adalah orang yang kesepian dan ditinggalkan.

Karena itu seringkali hanya mereka yang datang dari periuk kemiskinan dan penderitaan yang sama yang dapat merasakan apa yang oarng miskin rasakan

*Untuk seorang ibu yang duduk bersama anaknya di jembatan penyebrangan di depan Ratu Plaza, Jalan Sudirman, Jakarta.

Serpong, 10 Mei 2011

No comments: